Pada malam ini, tanggal 24 Januari 2025, kami mengadakan acara menonton film bersama di Nava Hotel Tawangmangu. Dalam akhir acara, kami mendapatkan tugas dari Bapak Djoko Istojo, Ir., M.M., selaku Wakil Ketua YKKI Cabang Surakarta untuk membuat resensi film yang telah kami tonton. Berikut adalah beberapa hal penting yang dapat saya simpulkan dari alur cerita film ini.
Cerita berpusat pada Wang Zi Hao, seorang siswa kelas 6 asal Shanghai yang tinggal di Singapura. Ia mengalami kesulitan dalam pelajaran dan kecanduan bermain game. Ibunya, Wen Ting, berusaha keras meningkatkan prestasi akademisnya dengan berbagai cara, termasuk memberikan les tambahan dan menuntutnya menghafal banyak materi. Seiring waktu, nilai Zi Hao membaik, yang memicu kecemburuan dari temannya, Jayden Lee. Konflik antara orang tua dan tekanan akademis menjadi inti dari alur film ini.
Pesan Moral:
Film ini menyoroti beberapa pelajaran penting:
1. Tekanan Akademis yang Berlebihan
Film ini dengan jelas menggambarkan bagaimana sistem pendidikan yang sangat kompetitif dapat memberikan tekanan besar pada anak-anak. Contohnya adalah karakter Wang Zi Hao yang harus menghadapi ekspektasi tinggi dari ibunya, Wen Ting. Ia diminta untuk terus belajar, mengikuti les tambahan, dan menghafal banyak materi agar nilai-nilainya meningkat.
Namun, tekanan semacam ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak, seperti:
- Stres dan kecemasan: Anak menjadi mudah merasa tertekan karena takut gagal memenuhi harapan.
- Kehilangan waktu bermain: Keseimbangan antara belajar dan waktu bersantai menjadi terganggu, yang seharusnya penting untuk perkembangan mereka.
- Penurunan kepercayaan diri: Jika anak terus-menerus dibandingkan atau ditekan untuk mencapai kesempurnaan, ia mungkin merasa tidak pernah cukup baik.
- Pesan moralnya adalah penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa pendidikan tidak hanya tentang nilai akademis, tetapi juga tentang membentuk karakter dan keseimbangan emosional anak.
2. Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga
Film ini juga menyoroti bahwa banyak konflik antara orang tua dan anak terjadi karena kurangnya komunikasi yang sehat. Wen Ting, ibu Zi Hao, sering memaksakan kehendaknya tanpa memahami perasaan dan kebutuhan anaknya. Hal ini menciptakan jarak emosional antara keduanya.
Komunikasi yang baik membantu:
- Membangun hubungan yang saling percaya: Anak merasa didengar dan dihargai sehingga lebih nyaman berbicara tentang masalahnya.
- Menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih bijaksana: Dengan memahami sudut pandang anak, orang tua dapat mencari solusi bersama tanpa paksaan.
- Meningkatkan rasa dukungan emosional: Anak-anak merasa diterima apa adanya, bukan hanya dinilai dari prestasi mereka.
- Pesan moralnya adalah bahwa dialog yang jujur dan terbuka harus menjadi dasar dalam hubungan keluarga.
3. Persahabatan dan Persaingan Sehat
Hubungan antara Wang Zi Hao dan Jayden Lee menunjukkan bagaimana persahabatan dapat menjadi kompleks ketika ada unsur persaingan. Jayden merasa iri dengan kemajuan akademis Zi Hao, yang menimbulkan konflik di antara mereka. Namun, seiring cerita berkembang, keduanya belajar untuk menghargai satu sama lain tanpa terjebak dalam perasaan negatif.
Pesan moral yang ingin disampaikan:
- Persaingan tidak seharusnya merusak hubungan: Anak-anak perlu diajarkan untuk melihat kompetisi sebagai cara untuk saling mendukung, bukan menjatuhkan.
- Menghargai kelebihan orang lain: Setiap individu memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Menghormati hal ini membantu memperkuat hubungan persahabatan.
- Pentingnya solidaritas: Sahabat sejati akan ada untuk mendukung, bukan hanya bersaing.
4. Karakter Para Ibu yang Rela Melakukan Apa Saja untuk Anak-Anak Mereka
Film ini dengan jelas memperlihatkan bagaimana sosok ibu, khususnya Wen Ting, memiliki niat baik untuk mendukung masa depan anak-anak mereka. Namun, upaya ini terkadang diterjemahkan menjadi tindakan yang terlalu menekan. Ini mengingatkan kita bahwa cinta orang tua sering kali diwujudkan dengan cara yang mereka anggap terbaik, meskipun tidak selalu sejalan dengan kebutuhan anak.
- Refleksi Positif: Pengorbanan ibu adalah wujud cinta yang mendalam, dan ini patut diapresiasi. Dalam film ini, mereka digambarkan sebagai figur yang tidak kenal lelah, bahkan jika itu berarti mereka harus berhadapan dengan konflik internal atau tekanan sosial.
- Refleksi Negatif: Sayangnya, cinta ini terkadang tidak diimbangi dengan pemahaman yang cukup akan perasaan anak. Para ibu lebih sering fokus pada hasil (prestasi akademis) daripada proses (pengembangan emosional dan minat anak).
5. Sudut Pandang Anak-Anak yang Tertekan
Anak-anak merasa tertekan hingga kehilangan minat belajar adalah salah satu inti dari pesan film ini. Anak-anak seperti Wang Zi Hao menunjukkan bahwa meskipun niat orang tua adalah untuk kebaikan, tekanan yang berlebihan dapat:
- Membunuh rasa ingin tahu alami mereka: Belajar menjadi beban daripada pengalaman yang menyenangkan.
- Membuat anak merasa tidak cukup baik: Jika fokusnya hanya pada pencapaian, anak-anak cenderung kehilangan rasa percaya diri karena mereka merasa selalu diukur dengan standar yang tinggi.
Kelima pesan moral ini mengajarkan bahwa hidup tidak hanya tentang pencapaian individu, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan emosional, hubungan keluarga yang kuat, dan hubungan sosial yang sehat. Film ini adalah pengingat untuk kita semua bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari prestasi akademis, tetapi juga dari kualitas kehidupan yang bahagia dan penuh makna.
Cinta dan pengorbanan orang tua serta tekanan yang dirasakan anak-anak. Hubungan antara orang tua dan anak tidak hanya soal "memberi yang terbaik," tetapi juga memahami apa yang benar-benar dibutuhkan oleh anak.
Tulisan lain : Anak mengalami proses